Proses Berfikir dan Berbahasa pada Anak
Pikiran
adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk
merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya
secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk
pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran,
gagasan, dan imajinasi.
Berpikir
melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk
konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat
keputusan.
Berpikir
adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi
bagian dari psikologi kognitif.
Proses
berfikir
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan
berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan
muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada
setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah:
a.
Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam
dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya
dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan.
Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya.
Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut
mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi
dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan
bergeser darinya.
b.
Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan
anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai
realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat
banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya
yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran
logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu
menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang
sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran
yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan
bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas.
Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang
mengetahui bila membuat kesalahan.
d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun
sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu
berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat
memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan
hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh
karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat
hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
Berdasarkan uraian diatas, Piaget membagi tahapan perkembangan kemampuan
kognitif anak menjadi empat tahap yang didasarkan pada usia anak tesebut.
Perkembangan
bahasa
Setiap
manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis.
Melatih bahasa tersebut scorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sjalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang berhubungan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan
berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan.
tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni.
Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif
untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab
pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan
dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar
dan sebagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab atas kesuksesan belajar anak
dan seyogyanya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang
secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi
pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan,
bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera
itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu:
periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode
linguistik inilah mulai anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan
saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Sebagai
media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat dengan pikiran. Keterkaitan
antara berpikir dan berbahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat, hanya
menyangkut variable mana yang menjadi penyebab.
a) Bahasa mempengaruhi pikiran
Bahasa
menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak
belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri
orang lain dan situasi yang dialaminya.
b) Pikiran mempengaruhi bahasa
Tanpa
pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak
mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari
perilakunya dan kemudian baru bahasa.
c) Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan
antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu benda, melainkan merupakan
suatu proses, satu gerak yang terus-menerus. Pikiran berbahasa berkembang
melalui beberapa tahap. Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian
bergerak ke arah mengerti atau berpikir.
e.) Hubungan berfikir dengan berbahasa
Berfikir
dan berbaasa memiliki kaitan yang sangat erat, karena bahasa adalah sarana
berfikir.bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan masyarakat untuk berkerja, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
Sebagai suatu sistem bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola
tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata
kalimat.Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah adalah berupa bunyi,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa terbagi atas dua
yaitu bahasa lisan dan tulisan, bahasa lisan disebut pula bahasa primer dan
bahasa tulisan disebut juga bahasa skunder. Bahasa lisan dan tulisan dapat
digunakan sebagai sarana berfikir atau mengungkapkan pikiran dari pembicara
atau penulis.
Contoh kasus:
Jika melihat bagaimana anak-anak berusia 3 tahun berkomunikasi, maka kita akan melihat anak-anak tersebut umumnya hanya berbicara perkata saja. Contohnya, seorang anak yang berusia 3 tahun rata-rata hanya dapat mengatakan kata “mama”, “papa”, “hai”, dan kata-kata lain yang mudah diucapkan oleh mereka. Hal tersebut dikarenakan kognitif mereka yang baru akan berkembang, sehingga dalam berbahasa pun mereka masih menggunakan kata-kata yang sederhana.
Komentar
Posting Komentar